TERIMA KASIH ATAS KEPERCAYAAN DAN DUKUNGANYA
SELAMAT BERGABUNG BERSAMA KAMI


26 SEPTEMBER 2023---Sdr. MULYADI---Sdr. Ir AHMADI dari SIDOARJO---Sdr. RIFAI dari TASIKMALAYA---Sdr. RAFA M dari TANGERANG---Sdr. KAAFI MARWAH---Sdr. IWAN TANOTO---Sdr. ASEP GUNAWAN dari CIAMIS---Sdr. ASEP SYAEFUL dari TASIKMALAYA---TOKO LAYANGAN AMUNG dari TASIKMALAYA---Sdr. NIZAR FIRDAUS dari TASIKMALAYA---Sdr. M ROVIE N dari TASIKMALAYA---Sdr. HADI SURONO---Sdr. IDAT RUHIYAT dari TASIKMALAYA---Sdr. DIAN PRASETYA dari MALANG---Sdr. IING ROING dari TASIKMALAYA---Sdr. BSDRUZAMAN MARINA dari TASIKMALAYA---Sdr. HAIDAR RIFKI dari TASIKMALAYA---

PASTIKAN KEAKURATAN SUMBER INFORMASI ANDA LANGSUNG DARI INFO HARGA TELUR UNGGAS INDONESIA
CENTRAL INFORMASI HARGA TELUR BLITAR
PROFESIONAL, INDEPENDEN DAN TERPERCAYA


PASTIKAN ANDA TIDAK KETINGGALAN INFORMASI HARI INI DENGAN MENJADI ANGGOTA SMS INFO HARGA TELUR UNGGAS INDONESIA

CARANYA

KETIK GABUNG KIRIMKAN KE NOMOR DIBAWAH INI

085755064745


SELALU BERKOMITMEN MENJAGA INFORMASI YANG KONTINYU DAN INDEPENDEN TANPA INTERVENSI DARI PIHAK MANAPUN

INFO HARGA TELUR UNGGAS INDONESIA
ACUAN STANDAR HARGA TELUR BLITAR YANG INDEPENDEN DAN TERPERCAYA
UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT :
SMS/WhatsApp

085755064745

MEMBUNUH BAKTERI KOLERA

Sesungguhnya penyakit bakterial seperti kolera menimbulkan kerugian yang cukup banyak. Selain kematian, penurunan produksi pada ayam yang telah bertelur dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

"Kematian yang ditimbulkan memang tidak banyak. Akan tetapi kerugian yang diakibatkan kolera ini cukup signifikan. Bila menyerang ayam yang sedang dalam masa bertelur, penurunan produksi telur yang terjadi cukup lumayan selama beberapa waktu lamanya," jelas seorang praktisi.

Bila kasus sudah telanjur terjadi, “Jangan lupa musnahkan ayam yang mati dan karantina ayam yang sakit serta berikan pengobatan," ujar seorang peternak.
Bakteri penyebab kolera ini ‘senang’ bersembunyi di tempat-tempat yang tak terjangkau, misalnya di limphoglandula perifer di daerah leher. Oleh karena itu kolera sering muncul karena tidak runtasnya pemberantasan pada ayam petelur dewasa dimana kasus ini lebih banyak menyerang.

Penyakit kolera pada unggas ini disebabkan oleh bakteri kelompok Gram-negatif yang berkapsul, Pasteurella multocida. Oleh karenanya penyakit ini disebut juga sebagai pasteurellosis. Pasteurella multocida penyebab penyakit kolera mempunyai 5 serotipe yaitu A, B, D, E dan F. "Sedangkan yang menimbulkan gangguan pada ayam biasanya serotipe A, B dan D," kata seorang akademisi dari sebuah fakultas kedokteran hewan sebuah perguruan tinggi ternama.

Tingkat keganasan bakteri ini berbeda-beda dan ditentukan oleh kapsul yang membungkus bakteri. Bila kapsul tersebut rusak tingkat keganasan bakteri akan berkurang bahkan tidak berbahaya lagi. Meskipun bakteri tahan hidup selama beberapa bulan dalam litter atau bahan yang mudah membusuk, tetapi mudah terbunuh oleh sinar matahari, pengeringan, pemanasan ataupun dengan berbagai desinfektan.

Untuk mengatasi datangnya penyakit yang mungkin saja beruntun seperti ini, antibiotik yang digunakan dipilih yang efektif kerjanya. Para ahli kesehatan hewan menyatakan karena disebabkan oleh bakteri, penyakit kolera ini dapat diobati dengan menggunakan antibiotik khusus yang bekerja secara sistemik terhadap bakteri Gram-negatif.

Namun, anjur para ahli, sebaiknya pemakaian antibiotik ini juga digilir agar tidak menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik tertentu, karena sensitivitas kuman dapat terjadi.
Beberapa pakar menyarankan pemakaian antibiotik khususnya golongan penisilin seperti amoxycillin maupun sulfa untuk mengatasi serangan kolera pada ayam, maupun septicaemia atau menyebarnya bakteri ke seluruh tubuh.

Preparat seperti flumequin dan quinolon dapat dipakai untuk mengobati penyakit kolera pada unggas. Jaringan yang mengalami kerusakan akibat adanya peradangan perlu direhabilitasi dengan memberikan terapi supportif (multivitamin) dan memberikan pakan yang berkualitas dengan kandungan nutrien yang cukup.

Pengobatan yang dilakukan dengan memberikan antibiotika memberikan hasil yang berbeda-beda. Hal ini bisa terjadi karena P multocida mempunyai banyak serotipe yang mungkin mempunyai respon yang berbeda-beda pula terhadap antimikroba.
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang terbaik tentunya dilakukan uji sensitivitas.



sumber: http://kedokteranhewan.blogspot.com